Monday, June 30, 2008

Things To Be Grateful For... (Part. 1)

Saat ini gw lagi dongkol banget... Cuma gara2 masalah kecil sih..cuma kardna berulang2, jadinya kekesalan gw menumpuk. HUH!
Tapi daripada berkutat dengan hal2 yang ga menyenangkan..mari kita sama2 mikirin hal2 yang kita syukuri.
Gw punya sedikit daftar dari hal2 yang bikin gw seneng :)
(note: gw nulis ini tanpa urutan ya...semuanya sama2 gw syukuri)

>Bandung, n My Family Back Home
Always have a place to really go home. Dan dengan kota seperti Bandung, what more could i ask? :p

>BarBar
I love you girls
You are, All i Could've ask for from friends

>Off course there's also my other best friend

>HAnd
Gw cinta menggambar.. so ga kebayang rasanya kalo tangan gw ini ngga ada.

>Uwa's Home :P
Gw kerja di jakarta, rumah orang tua di bandung. Sampe saat ini gw masih sangat beruntung karena masih bisa tinggal di rumah uwa gw. Ngga gratis loh... jadi ya sebenernya sama aja dengan gw ngekos, tapiii karena tinggal dirumah, gw ngga pernah bener2 kesepian, bisa makan masakan rumah tiap haari, dan Uwa care sama gw, she' my substitute mom.

>Movies, Cinemas n TV
Movies are one of my great love. No need further explanation, kaaan... :D
*fun fact: rekor nonton dvd terpisah dalam 1 hari itu: 5 film
untuk serial, menghabiskan 19 episode, dalam 2 hari
...nonton sampe pusing.. haha

>Malls
Kalo lagi bosen.. jalan ke mall sebentar aja, udah refreshing :)

>Fantasy books
Soal baca2, pilihan gw jatuh pada buku2 fantasy. Alasannya, karena hampir ngga pernah mengecewakan. Biar ngga semuanya bener2 bagus, tapi paling ngga bisa abis dibaca.
(love: Eragon, Harry Potter,Children of the lamp)

>My Laptop
Biar bukan Laptop mahal seperti yang gw impkan, (whic is MAc Book Pro yang harganya bisa 20 jutaan..) tapi gw bisa Nonton film, nulis, Gambar2, Maen Game, dimana aja, kapan aja, karena ada Laptop ini :)
(juga berharap dalam waktu dekat punya kerjaan sampingan, biar gunanya ini laptop bisa makin kerasa lagi.. haha...

>My Rhode sandals
Bentuknya sendal gunung, tapi lebih feminin, ga setrendi sendal gladiator siih, dan udah buluk berat, tapi nyamaaaaaaannnnnnnnnn banget. I Love High Heels, tapi setiap kali gw pengen mengistirahatkan kaki gw yang suka sakit abis pake heels seharian, there's my rhode sandals.

>My "No-Addict-Behaviour"
Gw bersyukur banget gw ga pernah bener2 nyandu sama satu hal, either itu rokok, jenis minuman atau makanan tertentu. Jadi gw ngga mesti tergantung sama hal2 yang ngga perlu. I just stick to really basic need, such as rice.. :P

>Hoka2 Bento, Pizza Hut n Nasi Goreng sebelah kantor.
I just have to have it, at least once a month.. hehehe (not too much to be consider addict, right..:P)

>Make Up
Ngga setiap hari gw bermake up ria, kalopun iya, biasanya juga yang ringan2 aja,kecuali buat acara2 khusus tentunya. Tapi gw sangat menikmati saat2 gw bermake up, mau itu untuk jalan, atau cuma iseng2..it's just like paining, but in my own face.

> My Job:
Awal gw kerja di majalah gw mengalami masa2 sulit beradaptasi dengan kerjaan, lingkungan, teman2. Sadar ato ngga, gw jadi suka ngebandingin dengan kerjaan gw sebelumnya. Tapi terus gw berpikir, Gw punya pekerjaan yang selama ini gw impikan loh..which is mendesain untuk majalah dan menggambar.. Gw juga punya kesempatan untuk banyak blajar di tempat ini..dan semua pengalaman yang gw dapet disini bisa jadi bekal gw untuk lebih maju lagi kedepannya. Either I'm still here or not.
Dan gw bersyukuuuurrrr banget masih punya kerjaan.

rasanya daftar ini masih bakal berlanjut deh.. tapi rasanya cukup untuk hari ini...
Teman2ku sayang, tulis juga dong daftar hal2 yang membuat kalian bahagia :)

Life really is wonderfull, right :D

-Mel, Ponky-

Sunday, June 29, 2008

Road to Sepang (1) - edisi Putra Jaya

20-23 Juni 2008 kemarin gw berkesempatan mengunjungi Malaysia bersama rombongan Dunlop Shops yang disponsori oleh PT Sumi Subber Indonesia.Gw berangkat sendiri dari Pekanbaru ke Kuala Lumpur.Agak deg-degan juga sih, soalnya ini kali pertama ke sana. Tapi karena masi Malaysia jadi diberani-beraniin.

Berangkat ke luar negeri perlu bayar airport tax yang lebih mahal 3x lipat dibanding ke dalam negeri.Pekanbaru masih termasuk murah, cuma Rp 60.000. Klo ga salah dari Jakarta dan Surabaya sekitar 100 ribuan. Selepas check-in dan membayar airport tax, gw keluar untuk pamitan ama keluarga.Trus dengan pe-denya melangkahkan kaki ke ruang tunggu di lantai 2.Kalau cuma airport Pekanbaru sih tidak masalah. Gw sudah hafal di luar kepala.
Sampai di atas, boarding pass diperiksa. Bapak gemuk yang sedang bertugas memeriksa teliti dan bertanya, "Kuala Lumpur?"
Dengan mantap gw menjawab, "Iya, Pak." Rasanya gimana githu kalau ke luar negeri. Antara senang dan bangga, meski cuma Malaysia. Si Bapak berseragam biru muda tadi juga menyahut dengan mantap, "Salah, dek." Eh..
Waduh malunya, ternyata yang tadi itu untuk keberangkatan dalam negeri...

Setelah menanggung malu (untungnya nggak ada orang lain tadi), gw kembali sempat deg-degan ketika melihat ruang fiskal.Paspor diperiksa. Jangan-jangan mesti bayar fiskal lagi nih. Tapi paspor gw langsung dibalikin dan lolos tanpa bayar fiskal! Ternyata paspor Pekanbaru tidak kena fiskal kalau ke Malaysia =)

Sesudah masuk ruang tunggu yang benar, gw langsung mencari kursi paling dekat tangga menuju pintu.Mengingat penuhnya penumpang hari ini, prinsip siapa cepat dia dapat akan benar-benar berlaku di atas pesawat nanti. Maklum, Air Asia tidak menentukan nomor bangku bagi penumpangnya. Suka-suka mau duduk di mana. Gw ga pengen sampe kebagian kursi di bagian tengah. Gw pengen duduk deket jendela!

Pas gw lagi serius mengirim sms ke Pak Hendra (perwakilan dari Sumi Rubber yang berangkat dari Jakarta) untuk menginformasikan no hp gw, tiba-tiba seorang mbak cantik dengan seragam dan jilbab merah Air Asia menuju tangga dan berkata lantang, "Express Boarding, express boarding.."
Wah apa nih? Beberapa orang langsung setengah berlari menuruni tangga. Semuanya laki-laki. Serombongan ibu, nenek, dengan dua anak perempuannya juga turut serta. Namun langkah mereka dihentikan oleh si mbak tadi. "Maaf, express boarding kami cuma untuk lima orang. Silakan duduk kembali."Tau gitu gw harusnya jadi yang paling pertama donk. Si mbaknya juga nggak kasi kode apa-apa sih tadi. Kirain itu untuk orang-orang yang tiketnya lebih mahal macam business class, ternyata surprise-nya Air Asia. Tapi sepertinya ini cuma sesekali, karena dulu pas gw ke dan dari Jakarta naek Air Asia nggak ada tuh yang begituan.

Pesawat dengan nomor penerbangan QZ 7452 itu lepas landas pada pukul 08.40 WIB dan menempuh perjalanan selama 45 menit.Seminggu sebelumnya ketika mendapat informasi tiket dari Sumi Rubber, gw sempat nyeletuk, "Wah, biar irit ya, Pak!" (naek Air Asia).Tapi si Bapak terdengar tersinggung berat dan membalas, "Dari sana yang ada memang cuma itu."
Bercanda doank Pak!

Pas nyampe di malaysia antrian imigrasinya panjang betul, mirip antrian karcis premiernya Lord of The Ring II (jadi inget masa-masa ama Melati ni, hehe). Mungkin karena LCCT (Low Cost Carrier Terminal) jadi penumpangnya berjubel. Tapi terbilang cepat kok. Prosesnya juga tidak rumit, hanya menunjukkan paspor dan return ticket (mereka takut sekali kita tidak pulang-pulang). Pemeriksaan barang-barang juga ga ribet, kayak penerbangan domestik aja, apalagi kalau barang-barang yang dibawa standar perjalanan kayak baju+perlengkapan pribadi. Cuma lewat x-ray. Ga sampai tasnya dibongkarin satu per satu kayak di Australia.

LCTT ini mirip Terminal 1 di Cengkareng, khusus buat yang murah-murah macam Air Asia (dan sepertinya memang hanya Air Asia di sini). Terminalnya tidak besar, beda jauh kalau dibandingkan Cengkareng. Tidak ada "belalai" yang menjemput manis di pintu pesawat, karena terminal hanya terdiri dari satu lantai. Gw juga tidak menikmati megahnya KLIA (Kuala Lumpur International Airport), karena LCCT ini terpisah jauh dari terminal besar. Mungkin ini yang namanya dianaktirikan.

Sesampainya di sana g disambut udara panas Malaysia yang mirip Pekanbaru dan dijemput ama Mr. Lau, local tour guide yang jadi rekanan Smailing Tour (travel agent yang disewa Dunlop). Gw sempat duduk-duduk dulu sekitar 10 menit sampai gw melihat sesosok bapak dengan kemeja coklat bermotif ramai yang membawa-bawa print-an logo Dunlop yang dilaminasi. Dia bilang masih nunggu empat orang lagi.

Tak ada sign toilet di luar. Yang ada hanya McD dan kursi tunggu. Jadilah gw ke toilet di bagian Perlepasan Antarbangsa yang letaknya bersebelahan dengan bagian kedatangan. Di sana terdapat supermarket dan sebuah rumah makan. Sambil jalan, gw lihat air mineral botol berukuran 500 ml yang dipajang secara mencolok dengan tulisan RM 1,50. Karena persediaan air gw habis dan menurut adik gw perjalanan ke Putra Jaya lebih dari setengah jam, maka gw beli juga 1 botol. Sebenarnya di dompet 3 keping koin 50 sen, tapi karena takut siapa tau udah nggak laku, jadi gw bayar dengan selembar RM 10. Taunya kembalian 50 sen-nya sama dengan yang gw punya. Nyesel deh tadi nggak dibayar aja pake uang sen.

Di bis udah ada rombongan dari Jakarta (mereka nyampe lebih dulu). Jumlah rombongannya 30 orang, kebanyakan dari Jakarta (soalnya dari 4 tempat: Dunlop, toko, klub AXIC dan media). Media yang diundang majalah Auto Bild dan Tabloid Otomotif.Dari Pekanbaru sendiri sebenernya 2 orang, tapi yang satu lagi orang tuanya sakit, jadinya malah ke rumah sakit di Malaka. Dan ternyata di bis masing-masing orang dibekali dengan sebotol air mineral. Gratis.
Perjalanan g terdengar mulus sekali bukan? Tapi tahukah kawan, sehari sebelumnya g sempat stres banget karena IR (international roaming)-nya si no XL g belum bisa. Aduh!

Padahal g terlanjur ngasi no itu pas dikonfirmasi seminggu sebelumnya. Dan bodohnya g baru nyadar sehari sebelum berangkat kalo bawa-bawa no hp ke luar negeri itu perlu IR. Soalnya pas 4 taon lewat, g ga tau sama sekali apa itu IR jadi pas di eropa kaget kok ga bisa dipake, tapi trus cuek karena berpikiran mungkin di sana ga ada sinyal, haha..
Dulu g juga ga nanya ke orang2 yang hpnya tetap bisa dipake, aku terlalu terlena oleh angin dingin kaukasian...

Akhirnya g pake no simpati bokap yang ternyata untuk daftar IR gampang banget, tinggal sms, trus semenit kemudian langsung dateng sms balesan kalo IR-nya udah aktif.Bandingkan dengan yang g baca di buku panduan XL: daftar dulu ke XL Center, simpen deposit 1,5 juta atau bayar dengan kartu kredit yang sudah aktif minimal 6 bulan, trus tunggu survei dari petugas XL.
Hapeee deh...!!
(Tapi ternyata dari pengalaman Irin yang nggak daftar IR, XL tetap bisa aktif di luar negeri)

Selain gara-gara IR, gw juga stres karena no kontak tour leader (Mr. Agung) yang tercantum di jadwal perjalanan (dari Smailing Tour) ternyata salah!Gw sms mau ngasi tau perubahan no hp, eh malah dibales mungkin salah orang. Trus gw sms lagi donk, secara no-nya nggak meleset sedikit pun dari yang tertulis di kertas jadwal, jadi nggak mungkin salahTaunya yang gw sms memang mas Agung, tour leader dari Smailing Tour. Tapi Agung lain yang sedang bawa rombongan ke Paris. Jadi bukan Agung yang jadi tour leader ke Sepang. Walah! Mana waktu itu udah jam setengah 10 malam lagi!Gw sms lagi jelasin masalahnya ke Agung yang di Paris itu, dia bales kalau dia memang bener Agung, no hp-nya juga bener, tapi sedang di Paris. Dia menyarankan gw untuk telepon langsung ke kantor. Heh?!Mana ada orang di kantor malam-malam begini? Tapi gw juga males ngotot, apalagi sms yang terakhir itu diakhiri dengan kata "bye".

Pasalnya, sore itu mas Agung sang tour leader sempet telepon dari nomor kantor ke hp gw buat konfirmasi dan dia bilang tolong nanti dia dikabari pesawatnya on-time atau nggak. Dia juga nanya tau nomor teleponnya nggak. Ya gw bilang tau donk, soalnya sudah tercetak jelas di kertas jadwal. Pas hari H akhirnya gw sms aja Pak Hendra (dari Sumi Rubber) dan jelasin soal pergantian no hp dan masalah no hp tour leader yang bikin stres itu (gw dapet kertas hasil fax yang berisi database peserta tour+jadwal acara). Untung nomornya Pak Hendra ini bener. Malamnya gw tidur ditemani resah gelisah.

Tahukah kawan, setelah nyampe di Malaysia, gw baru terima kertas jadwal berukuran sepertiga A4 yang dijilid rapi dengan ring plastik, lengkap dengan cover abu-abu yang dilaminasi.Apa hubungannya? Di dalam buku itu tertulis no hp mas Agung yang benar. Seharusnya dikirimkan ke gw sebelum berangkat ya, jadi si buku cantik itu ada faedahnya. Tapi bukan cuma gw aja kok yang mengalaminya, peserta yang lain juga tidak kalah bingungnya gara-gara dibilang menghubungi no hp yang salah. Fatal? Tentu saja! Nasib baek masih di Malaysia. Coba kalau gw mau ke Paris tapi dikasi no hp tour leader yang ke Sepang.

Lho, kok malah jadi curhat ya..
Sebenernya memang mo curhat, tapi dengan kedok cerita jalan-jalan, haha.
Baik, baik, kita kembali ke topik utama kali ini.

Setelah rombongan terkumpul semua, maka kami-kami yang sepertinya sebagian besar baru pertama kali menapakkan kaki di negeri jiran itu dibawa menuju tempat mengisi perut di kawasan Putra Jaya. Air Asia memang tidak basa-basi. Mereka tidak memberikan apapun di pesawat selain selembar menu yang akrab dengan lidah Indonesia. Mungkin karena ini adalah Indonesia Air Asia jadi menunya sama dengan penerbangan domestik: nasi goreng Rp 25.000, Pop Mie Rp 12.000, dan macam-macam menu lainnya. Karena penerbangan Pku-KL cukup singkat, jadi tidak ada yang pesan apa-apa. Sepertinya semua sudah sarapan dengan porsi cukup. Tante yang duduk di sebelah gw juga tidak tertarik beli apa-apa. Mungkin karena dia terlalu sibuk mengipas-ngipas dengan kertas menu itu. Jangan bayangkan seperti kereta api ekonomi yang pendinginnya AC alias "angin cendela". Tidak seburuk itu, karena sebetulnya AC-nya cukup dingin. Tapi entah kenapa si tante tetap saja kegerahan.

Yang baca: "Mei, Putra Jaya-nya mana???" Oya, sampe lupa, hehe =D
Putra Jaya yang teratur, bersih, dan masih baru ini merupakan wilayah pusat pemerintahan yang diboyong dari Kuala Lumpur. Dibangunnya tahun berapa, luasnya berapa, tolong jangan tanya, karena gw tidak lebih tahu daripada mbak Wikipedia atau om Google. Jadi di sini yang ada hanya mesjid, kantor dan perumahan yang masih baru. Setiap jalannya memiliki bentuk lampu jalan yang berbeda.Kebersihan dan kerapiannya memang patut diacungi jempol. Dijamin bakal langganan Adipura. Bahkan kalau perlu setahun 3x!


Taman-taman rumput di tepi jalan seakan dipangkas setiap hari dan daun-daun kering yang berjatuhan seolah tidak dibiarkan jatuh sampai menyentuh tanah. Karung-karung berisi tumpukan daun kering dan potongan rumput banyak terlihat sedang bersandar di bawah pohon. Sempat terlihat beberapa pekerja yang memikul pemotong rumput, alatnya persis seperti yang dipakai pemotong rumput di seluruh Indonesia. Mungkinkah para pekerja tersebut masih satu tanah air dengan kita?










Tapi karena kawasan apik ini sengaja dibentuk sedemikian rupa, jadi menurut gw biasa aja. Gw cuma salut ama kepintaran mereka buat bikin pusat pemerintahan yang ternyata jadi agenda tetap bagi para turis.
Pemandangan yang disuguhkan tidak berbeda dengan yang ada di negara kita. Udaranya pun tidak lebih sejuk. Apalagi mengingat kedatangan kami bertepatan dengan waktu sholat Jumat (yang lebih lambat dari Jakarta, setelah jam makan siang) sehingga bus dilarang memasuki jalan menuju mesjid. Saya jadi ingat guyonan seorang teman, "Lebih baik makan dulu sebelum sholat, karena berpahala sekali bila saat makan teringat sholat daripada saat sholat teringat makan."

Kami berbondong-bondong berjalan kaki di bawah terik matahari yang cukup menyengat. Banyak yang mengeluarkan senjata pamungkas berupa topi Dunlop yang memang sudah dibagikan sebelum keberangkatan. Gw sendiri sudah siap dengan perlengkapan yang lebih matang: payung lipat.Peribahasa "sedia payung sebelum hujan" di sini harus diganti jadi "sedia payung sebelum ke putra jaya".
Ketika sampai di pelataran parkir depan mesjid, wah banyak juga ya sepeda motor di sini. Karena sepanjang perjalanan tadi sepeda motor yang terlihat tidak lebih dari sepuluh. Kami yang tidak sholat menuju lantai bawah yang disebut-sebut tour guide sebagai tempat belanja sehingga menyemangati orang-orang untuk terus berjalan menantang matahari di langit Putra Jaya ini.Menuju lantai bawah tersedia tiga pilihan bantuan: tangga, escalator atau lift. Kami memilih lift. Bukan apa-apa, tapi karena tangganya terlihat menjauhi lantai bawah dan escalator baru diketahui keberadaannya pada saat pulang.














Di lantai bawah terdapat bermacam-macam dagangan seperti di pasar jumatan depan Salman. Hanya saja tidak seramai itu dan jauh lebih permanen. Yang berjualan kebanyakan adalah orang India. Mulai dari makanan ringan sampai perhiasan semua ada, meskipun kiosnya tidak terlalu banyak. Tentu saja kios aneka ragam souvenir mendapat perhatian lebih selain juga penjual payung. Gw sendiri cuma beli mainan magnet buat kulkas berupa miniatur Kit Kat, coklat Van Houten, Crunch dan Toblerone. 3 for RM 10; 7 for RM 20. Begitu yang tertulis.RM 1 sekitar Rp 2.840. Dan yang sedikit mengejutkan, uang Rupiah ternyata bisa dipakai di sini. Tentu saja dengan kurs sedikit lebih mahal, Rp 3000 untuk RM 1.

Sebenarnya tidak ada yang betul-betul istimewa dari Putra Jaya, kecuali kelihatannya makmurnya =D
Oya, maap ni kalo fotonya ga terlalu menggigit (halah..), soalnya banyakan diambil dari bus.
(abisnya panas, hehe)
+mei+

Wednesday, June 25, 2008

Demo lagi... cape dee....

Gw yang nonton di tv doang aja cape, apalagi yang ikutan panas-panas disana yah... Dari kemaren nonton di tv, untung lagi jauh dari jkt, males juga udah macet makin macet gara-gara rusuh. Ya mudah-mudahan tar semua pihak dapet kesimpulan yang bisa “nyenengin” semua pihak deh. Tuntutannya macem-macem lagi, ampe minta Presiden sekaligus Wapresnya turun, emang gampang ya cari yang baru dalam waktu 2-3 hari? Kayak nge-PHK karyawan aja, trus besoknya bisa cari karyawan baru.(Setau gw, itu aja susah, cari karyawan baru aja bisa butuh 2-3 bulan, blom nge-trainingnya jadi pinter dan LOYAL). Demo okelah (itu aja udah cape), cuma jangan rusuh deh. Sejak kapan sih negaranya isinya orang-orang gampang marah dan cuma tau cara demo pake bakar-bakaran, pukul-pukulan, tambak-tembakan... Harga juga udah keburu naek, bbm turun sekarang pun gw yakin pedagang di pasar, gak usah jauh-jauh di jkt deh, di pasar deket komplek sini aja, mana mau lagi turunin harga... Kalo gak naek sekarang, pasti naek tahun depan, ato tahun depannya lagi, ato tahun depannya lagi. Sementara masyarakat tetep miskin, makin miskin. Di tv ada yang usul juga bbm naek 2% setiap bulannya, ampe akhirnya naek 24% setahun, biar bertahap gituu kali critanya. Helloo.. itu brarti makin kiamat, tiap bulan kita bisa ngadepin kenaikan ongkos angkot, daging ayam, dll, yang gedenya (tentu saja) nggak 2%, bisa tiap bulan naek 10%, akhirnya di akhir tahun kita dapet kenaikan harga barang-barang sampe 120%. Ya kalo naek tiap bulan 2% bisa menjamin bahwa kenaekan harga sembako dll juga "cuma" 2% juga sih gak masalah, tapi dari fakta sehari-hari di lapangan gimana? Hmm emang siy negara demokrasi, bebas berpendapat apa aja, cuma mudah-mudahan laen kali lebih smart lagi sarannya, anak smp aja udah bisa mikir sama kayak yang gw sebut barusan. OMG! Cari solusi bareng-bareng kek, untuk negara sendiri kok gak bisa mikir bareng, udah sibuk mikir untuk kepentingan masing-masing. Hope for the best buat para pemimpin disana, buat para demonstran disana, buat semua pihak yang makin sedih ngeliat bangsa penuh kekerasan ini...

Tuesday, June 24, 2008

(Masih) Bad News on Media

Ehm... iRiN disini, gw baru ngeh klo blog kita ini udah ada isinya, wekekeke.... Maap baru keluar dari tempat persembunyian. Ngobrolin ttg bad news, gw salah satu orang yang bangun pagi trus nonton tv, berhubung di Kalimantan jamnya lebih cepet daripada jawa, di tv saat itu baru mulai pada nyetel lagu indonesia raya, trus disuguhin berita. Nah yang bikin cape, semua isi berita di pagi hari itu nggak ada yang positif, isinya pembunuhan, perampokan, wanita manjat tiang telepon karena stres, pemerkosaan, demo bbm, razia wts, dsb. Apa nggak ada berita lain ya? Tayangan kayak Good Morningnya Transtv, Jelang Siang, Jelang Sore (semua di transtv) menurut gw lumayan oke, banyak info positifnya kayak bisnis kecil-kecilan, cara ngakalin mesin motor supaya bbm irit, dsb. Dan tentu saja, Oprah Show! Tapi semua disetel jam 8 pagi keatas (Waktu Indonesia Barat pula, klo disini udah jam 9 ke atas deh), mungkin konsumsi buat ibu rumah tangga yah, hehehe... Yang ditayangin pagi-pagi sebelom orang pada berangkat ke kantor enggak ada, jadi tiap pagi kita disuguhin berita negatif semua, akhirnya bikin pikiran kita makin hari makin negatif... Kalo dari ilmu fisika kuantum (ceileh), ato populernya yah baca aja The Secret, hari yang dimulai dengan pikiran negatif akan diikuti dengan hal-hal negatif laennya... Mungkin suatu hari semoga media televisi Indonesia bisa tersegmentasi dengan baek, jadi kalo pagi-pagi ato sore ato malem kita pengen nonton acara komedi, ada stasiun khususnya, ato lagi pengen nonton berita, ada stasiun yang brand newsnya juga udah kuat (untuk saat ini, salut banget buat metrotv!). Semacam HBO, CNN, Discovery, NatGeo-nya Indonesia deh J. Yah, just personal opinion (dan impian...) aja.
-iRiN

Friday, June 20, 2008

It’s Just The Way U think

Kadang gw mikir... apa selama ini cara berpikir gw salah?

Tadi siang gw terlibat obrolan kecil menarik sama teman kerja gw di kantor. Sekedar info aja nih, saat ini gw sedang bekerja di sebuah majalah ramaja-lifestyle di Jakarta. Sebelumnya gw kerja di perusahaan undangan yang agak kurang ternama :P (dulu sih, ngga tau kalo sekarang). Nah..yang gw rasakan banget pas pindah ke majalah, sesuai namanya, lifestyle orang2nya yang beda abis sama temen2 gw di kantor lama.

Kalo dulu beli baju cukup setiap 6 bulan. Sekarang, kayaknya ngga bisa kalo dalam sebulan ngga beli apapun. Minimal 1 item fashion mesti nambah. Kalo dulu, jalan2 ke blok M plaza, makan HokBen rasanya udah memuaskan. Sekarang paling ngga sekali sebulan mesti ke Sushi tei, atau Hanamasa atau Paregu atau tempat2 makan mahal lainnya, karena kalo ngga,rasanya ada yang kurang. Kalo dulu, beli baju ato sepatu Rp.300 aja, kayanya udah kemahalan. Sekarang, temen2 sukanya liat merk2 mahal... well, untuk kasus yang terahir, gw sih tetep dengan kebiasaan lama..

Dulu juga pernah kasus yang menarik. Gw perlu ngambil uang di ATM. Kebiasaan gw adalah, ngga pernah ngambil uang terlalu banyak, karena, gw kurang bisa megang uang, takut boros. Setiap ngambil hanya berkisar 50rb-100rb. Kebetulan ATM deket kantor lagi offline, atm berikutnya yang gw tau lumayan jauh, mesti naik kendaraan umum di tengah siang bolong yang panas-berdebu-macet-di-jakarta. Gw tanya sama salah satu teman kerja gw di mana atm terdekat, dia bilang "pergi ke Mall Taman Anggrek aja". Gw tanya lagi, Kalo kesana enaknya naik (kendaraan umum) apa ya?".

Dia jawab "Naik taksi aja".

DANG!

Ahirnya gw tetep ngambil uang di ATM yang jauh itu, naik angkot!

Pikir-Pikir, konyol banget kalo gw ke MTA naik taksi yang argonya bisa 30 ribu sekali jalan cuma buat ngambil uang 50ribu...huuh..

Gw jadi sempet berpikir, apa gaji orang2 media (khususnya majalah) udah segitu gedenya ya sampe mereka bisa afford gaya hidup yang seperti itu? Banyak juga gw perhatiin, orang2 yang kerja di majalah lain, yang katanya standar gajinya dibawah tempat gw bkerja sekarang, bisa punya gaya hidup yang lebih tinggi lagi.. wuih..

Gw emang masi baru sih di dunia majalah... Gaji gw yah cukuplah..tapi tetep aja gw merasa agak kesulitan mengikuti gaya hidup yang seperti itu. Dan yah emang, gw juga belum mau buka credit card. Ide bersenang-senang dengan ngutang agak mengganggu.

Selama ini yang gw tau itu, kita harus nabung, harus hemat, harus kerja keras kalo mau maju, kalau mau punya uang. Dan sadar atau ngga selama ini gw ‘percaya’ kalau karir maju dan saldo tabungan yang tinggi itu hanya bisa dicapai setelah proses yang panjang, yang makan waktu waktu bertaun-taun.

Tapi terus fenomena ‘The Secreet’ muncul. (Buat yang ngga tau, bisa baca bukunya atau nonton dvd nya :P)

Gw suka banget sama konsep itu... konsep lama yang sebenernya semua orang tau, tapi selama ini nggak disadari.

Gw jadi berpikir, apa jangan2, karena selama ini gw berpikir harus kerja keras, mesti hemat, mesti nabung itu baru bisa sejahtera itu salah?

Well, gw rasa ngga sepenuhnya salah ya. Kita emang mesti kerja, mesti nabung, dan jangan boros. Tapiiii... jadi mikir juga, apa karena gw selalu berpikir begitu, makanya tanpa sadar gw memprogram hidup gw jadi seperti itu?

Arent’ we what we think?

Orang kecil, yang selalu berpikir kecil, memang akhirnya akan selalu jadi orang kecil, begitu juga sebaliknya. Anak pembantu jadi pembantu, Anak Dokter jadi dokter (Jangan diartikan secara harafiah ya..).

Berpikir untuk mencapai level tertentu itu susah, ya memang bakal jadi susah sampe kesana..

Berpikir seperti orang ‘susah’, jadinya selalu jadi orang susah...

Kalo selama ini gw kemana-mana naek angkot, apa selamanya gw bakal terus naek angkot...

Kalo selama ini gw menahan diri untuk ngga beli barang yang terlalu mahal, apa selamanya gw ngga akan punya barang mahal..

(Padahal, dengan seperti itu pun jumlah tabungan gw juga ngga meningkat secara signifikan.. konyol..)

Mereka, bisa punya barang mahal, bisa traveling kemana-mana, bisa punya tabungan yang cukup oke... bisa jadi karena itulah yang biasa mereka ceritakan..yang udah jadi bagian hidup mereka.

‘They, who talk about prosperity, has it.’

Bukan berarti bragging soal apa2 yang mereka punya ya..

Memang banyak diantara mereka yang levelnya udah diatas gw, tapi gw punya temen yang gajinya kira2 sama, bisa travel ke Thailand. Ada juga yang bisa menikah dengan biaya sendiri. Padahal mereka ngga pelit ko mengeluarkan uang...(I admire them, really..)

So how they do it?

Apa ini benar?

‘In Order to achieve a level, you have to live like you already in it?

Karena sepertinya itulah yang mereka lakukan.

My big question now is... HOW THEY BALANCED?

Teman-teman tolong bantu orang bingung ini...

Mel-Ponky J

Wednesday, June 18, 2008

Bad News on Media?

Hai hai... ponky disini...ahirnya berhasil juga masuk ni blog dengan koneksi inet kantor yang sering dodol..hehehe (alesan :P)
baru aja gw slese baca semua isi blog ini.. 1 blog yang lagsung menarik perhatian gw itu, yang soal infotainmnet ga mutu. Gila juga yah, bisa ada cewe yang takut merit gara2 liat berita kawin cerai di TV... tapi emang sih... TV tuh punya kekuatan besar, dan gw mesti bilang gw juga maniak TV sebenernya..
Beberapa waktu lalu, gw sempet liat 1 acara TV yang menarik banget, kalo ngga salah sih di METRO TV... gw bener2 lupa judulnya apa, yang jelas, acaranya diimport langsung dari amrik.
Acara itu ngebahas ttg pengaruh dari pemeberitaan yang buruk di media. Disana, dijembrengin 'kebohongan-kebohongan' yang udah disebarin sama media, misalnya nih, anak2 Amrik sekarang 'percaya' kalau udara yang mereka hirup saat ini udah sangat tercemar. Padahal nih, faktanya, uadara yang merka hirup sekarang itu jauh lebi bersih. Malah, di awal abad 20 saat industri di AMrik lagi berkembang, banyak banget pabrik dimana2. Ditambah, teknologi untuk menetralisir limbah industrinya blom bagus... sering banget ada asap dimana-mana...so, bisa disimpulkan udara saat itu jauh lebih tercemar.
Ada lagi kasus soal penculikan n pembunuhan anak2 yang terlalu di 'blow up' sama media..(seperti di TV kita juga ya... ex: Buser, Target, Sidik dkk) Anyway, pemberitaan soal penculikan yang suka dibesar2kan media, ngebuat banyak banget orang tua di Amrik parno berat. Banyak dari mereka yag jadi overprotective..bahkan ada yang aga2 'memenjarakan' anaknya dirumah...
Yah... cuma 2 kasus itu sih yang gw inget baget..cuma yaa... tentunya dasi situ aja kita udah bisa nyimpulin kan..gimana pengaruh media itu ke masyarakat kita... bahkan di Amrik yang kebanyakan orang nya berpendidikan n sejahtera..gw rasa itu juga kenapa kebanyakan orang tua lebih suka ngeliat anaknya maen PS dirumah dari pada keliling komplek naek sepeda (misalnya..), kebanyakan orang sekarang suka negatif thingking sama dunia, dan mungkin aja, itu juga kenapa orang Indonesia (mungkin termasuk gw juga) memandang negara kita sebelah mata, yang diliat yang negatifnya aja, DAN MEDIA IKUT NGEBANTU MEMPROMOSIKAN KEJELEKAN BANGSA INI!!!! bener2 payah...
Kita bener2 harus mulai positif thingking...

"until we love ourselfs, we never really lovin' anybody else"