Thursday, August 28, 2008

Hemat Listrik?

Sebelumnya gw mau minta maaf dulu, karena tulisan ini lagi-lagi berisi keluhan terhadap BUMN. Tak lengkap rasanya mencaci-maki Pertamina dan Telkom kalau tidak mengikutsertakan PLN. Saat ini gw ngetik dengan listrik dari genset, bukan listrik-nya PLN.
Masih tidak habis pikir, mengapa tidak terencanakan oleh mereka listrik yang "tahan lama"?
Apa mereka yang pintar-pintar itu tidak bisa memprediksi bahwa dalam waktu sekian tahun pertumbuhan penduduk sekian juta, dengan teknologi yang pasti akan terus berkembang, maka kebutuhan listrik juga akan semakin banyak?
Mengapa baru sekarang dilaksanakan pembangunan pembangkit tambahan?
Harusnya dari dua puluh tahun lalu, Pak!

Saat ini gw cuma bisa pasrah mendengar deruman genset selama 2 x 3 jam sehari dan selalu terasa perih ketika harus membeli solarnya.
PLN memang jadi hemat karena listrik mati, tapi pengeluaran kita yang tidak hemat.
Wajar saja kalau industri mencak-mencak dengan pemadaman ini. Bayangkan berapa liter solar yang harus dibeli gara-gara kekonyolan PLN ini?
Sementara PLN dengan arogannya mengatakan bahwa lebih baik mengorbankan industri daripada rumah tangga.
Pak, Pak, seharusnya tidak ada yang dikorbankan!

-mei-

Friday, August 22, 2008

JADI PENERIMA TELEPON

Semenjak di toko, gw merangkap jadi penerima telepon. Tahukah kawan, ternyata sulitnya minta ampun! Dibutuhkan kesabaran dan ketenangan yang tiada duanya.
Dan sayangnya, aku tidak punya dua-duanya...

Tidak semua telepon masuk itu penting. Banyak yang hanya mengganggu.
Tahun lalu seminggu dua kali selama satu bulan ada telepon dari Tabloid Kriminal Lalu-lintas yang katanya miliknya Kepolisian. Mendengar namanya yang fiktif saja gw udah males. Malah yang nelpon itu lebih cocok disebut kriminal.

Pertama yang telepon bapak-bapak, bla bla bla jelasin panjang lebar tapi tidak berisi bahwa mereka mau mengadakan bakti sosial entah di kampung mana. Kemudian ada yang datang mengantar proposalnya. Lalu kembali lewat telepon sedikit mengancam dengan mengaku polisi meminta sumbangan Rp 500.000,-. Gw cuma bilang kalau bos sedang ke luar kota dan belum tahu kapan pulangnya. Ternyata mereka tidak menyerah. Selanjutnya yang telepon perempuan, yang masih bawa-bawa nama polisi buat nakutin orang. Jawaban gw tetap sama, bos belum pulang, jadi tunggu aja. Silakan gondok!

Ada juga bank yang lagaknya nyari pimpinan, ternyata cuma mau nawarin kartu kredit. Atau telepon dari tukang kredit nyari mantan karyawan gw yang masih nunggak utang.

Tidak mau kalah, toko-toko lain pun turut menyemarakkan deringan telepon, terutama pada hari libur di mana distributor tutup. Ada toko yang sengaja bertele-tele hanya untuk menyusahkan gw. Ada yang harus menelepon sampai tiga kali untuk pertanyaan yang sama.
Yang terbaru terjadi Kamis kemarin. Ada telepon yang tidak kenal "halo" dan langsung judes. Berikut cuplikannya:

Kringgg...eh..trrruuttt
Gw: "Halo." (dengan manisnya)
Mbak Toko XX (nggak tahu euy dari toko apa, udah males nanya) : "Ada ban Goodxxxx?" (judes abis)
Gw: "Ukurannya berapa?" (ikutan jutek)
Mbak Toko XX: "215/60-16!" (masih tetap judes)
Gw: "Nggak ada!" (padat, singkat, jelas dan langsung gw matikan tanpa basa-basi)

Kebetulan barangnya memang nggak ada. Kalaupun ada, gw juga ogah ngasih ke dia, udah jutek, pasti ngutang lagi. Aneh banget, mau minta barang kok galaknya minta ampun!

TELEPON RUMAH TELKOM?

Setelah Pertamina Pasti Pas, sekarang giliran iklan Telepon Rumah Telkom membodohi masyarakat.

Bagi yang telepon rumahnya berada di jalur lama, memang tidak ada masalah.
Namun untuk gw yang baru memasang lagi telepon rumah Telkom, hanya kekecewaan yang dirasakan.
Telepon rumah memang ridak pernah putus-putus dan tidak terpengaruh masalah sinyal, tapi mati total!
Sejak dipasang, telepon sering "ngambek" (baca: tidak bisa dipakai sama sekali).

Gw pernah baca di koran lokal ada yang protes telepon rumahnya sering mati.
Perwakilan dari Telkom menjawab jika telepon mati selama tiga hari berturut-turut maka pelanggan Telkom berhak tidak membayar abodemen.
Tapi dengan catatan harus melapor ke kantor telepon setelah hari ketiga.
Padahal selama libur Lebaran tahun 2007 kemarin telepon di rumah gw tidak menyala sama sekali selama satu minggu penuh!
Lha, gimana mau lapor coba? Pada libur semua...
Kalaupun tidak libur, sulit sekali mendapatkan abonemen gratis, karena selalu saja setelah dua hari mati, hari ketiga langsung hidup.
Ter-la-lu..

Selain itu, tarif Telkomnet yang cukup mencekik terasa tidak sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
Meski bayar Rp 9000/jam, tetap saja koneksinya lamban.
Apalagi Telkom dengan entengnya malah menjual paket internet lain macam Speedy dan Telkom Flash.
Bukannya gw tidak tertarik dengan Speedy yang lebih murah, tapi apa daya jalur telepon di rumah gw belum bisa untuk Speedy.
Telkom Flash juga sama aja repotnya. Mesti nambah modem lain.

Telkom, Telkom, apa aja sih kerja mereka selama ini?
Sebagai BUMN yang telah sekian lama memonopoli jalur komunikasi negeri ini, harusnya Telkom sudah sangat kaya dan sanggup mengikuti teknologi terbaru.
Sayangnya, sekian lama juga mereka menggerogoti uang negara.
Bukannya makin baik, malah makin bikin sengsara..

Jadi jangan percaya dengan iklan internet masuk desa yang ditampilkan dengan sinematografi indah. Di kota aja susah, apalagi di desa, Pak!
Tapi nggak tau juga ya, bisa saja di desa lebih bagus. Biasalah, cari muka...soalnya nggak pernah punya muka...

Friday, August 15, 2008

SEGAAAAAAARRRRR!!!!

Hellow Gals, I'm back!!! Hahahaha... Ms. Kubel sudah mulai ngajar n kuliah jadi mulai melancong di dunia maya sejenak kalo di kampus;p Lagi pengen banyak bikin artikel tapi berhubung blog FS-ku lagi gak bisa diedit jadi gw nulis2 di sini dulu yah...

Hmmmm...apa yah? Ide2 gw belakangan rada Holly Bella, jadi rada gak matching kalo gw masukin di sini. Ini aja deh... kemaren banget gw daftar ulang di ITB. Oh senangnya nostalgia di kampus tercinta! Seneng bisa inget dulu teh kita nongkrong di lapangan basket, di SR, strolling2 in the park, dll. Wish u were there Gals! Jadi kebayang tempat deket lapangan basket yang sering ditaburi daun berguguran (cocok bwat shooting film Korea!)--sayang sekarang rada beda--, trus ngelewat daerah Fisika n Sipil yang ada taman-tak-terurus-namun-indah itu, trus lapangan Aula Barat yang banyak pohonnya (yang kalo pagi keren abis!), dan masih banyak lagi. Just imagine, Gals, n inhale the fresh air!

Kalo dipikir2, waktu kecil lucu jg alesan gw milih sekolah. Pasti milihnya yang banyak pohonnya. Mungkin karena rumah gw penuh pohon, jadi asa hareudang n BT kalo gw terkurung tembok beton. Makanya pas mo masuk SMA gw milih SMUN 5 yang banyak pohonnya (selain karena bosen ama pergaulan di SMP juga sih). Trus pas masuk kuliah, males banget dah masuk kampus lain (dari kecil dah diajak jalan2 ama si bokap ke berbagai kampus) selain ITB. Soalnya ITB teh asri banget, kayak kota kecil! Kalo ditanya kenapa milih ITB, mungkin dulu (bahkan mungkin sampai sekarang), dengan polosnya gw bakal jawab, "Soalnya banyak pohonnya!".

Gw pernah baca buku Soe Hok Gie yang Catatan Harian Seorang Demonstran, ntar gw tulisin dah kutipannya. Intinya...manusia jangan sampai pisah ama alam. Jangan sampai naklukin alam, tapi bersahabat dengan alam biar jadi manusia yang arif n pinter. Gak bakal ada orang yang pinter kalo dia gak bisa ngehargain alam. That's what I called SMART PEOPLE! May u rest in peace, Gie!:)

Hal itu beda banget ama di Marnat. Kemaren kan abis dari ITB gw ke Marnat, nemenin Icat n Isma nonton pameran karya FSRD Marnat. Nah, sebelum ke tempat pamerannya gw ke foodcourt Marnat bentar, numpang ke WC n duduk2 bentar. Foodcourt itu letaknya di lantai pertama gedung baru Marnat yang berlantai 12! Buset dah...kayak di mall! Ribuuuuut banget! Gema banget! Gak asik buat kongkow. Makan sih bisa, numpang duduk karena cape sih bisa, tapi gak berkualitas soalnya gak bisa relaks! Jadi cuma fungsional ajah tapi gak berkesan. Perasaan gw makin stress pas numpang duduk di sana. Hehehehe...Beda banget waktu di ITB, rata2 tempat makannya terbuka deket banget ama alam. Jadi bisa dapet food for our body, mind, n soul!

Kenapa yah orang yang menentukan pembangunan gedung2 bisa2nya gak mikirin surrounding environmentnya? Mungkin karena mereka nganggep alam dianggap gak ngehasilin keuntungan materi kalo gak diolah jadi bangunan tinggi. Ato mungkin mereka belum pernah napak bumi...gak pernah ngerasain jadi 'manusia awam' yang sering gunain fasilitas2 publik--yang kebanyakan gak human friendly. Well well well...anyway anyhow...gw bersyukur bisa jadi 'manusia awam' yang MASIH BISA nikmatin alam yang human friendly...hopefully forever;)

Thursday, August 7, 2008

Kangen Nggak?

Nostalgia kampus. Masa-masa di mana kita sering tergopoh-gopoh menaiki tangga GKU yang sering menyesatkan. Setelah itu berkumpul di kantin bawah untuk menikmati sebotol Sosro dengan semilir angin dan obrolan seru terbaru. Atau ketika banyak kisah terjalin di lapangan basket dan kantin kokesma (ehm..)

Ah, rindu rasanya kembali ke masa itu. Itb memang bikin kangen =)






Outdoor Media - Kuala Lumpur






Street Typography - Papan Bunga





Friday, August 1, 2008

Pertamina Pasti Pas?

Agak geli gw liat iklan baru Pertamina yang klise sekali dan parahnya Pertamina punya banyak dana untuk membeli spot iklan pada jam strategis.
Bukan maksud ingin mencerca sang creative director, karena biasanya iklan dengan konten begini pastilah penuh dominasi klien (baca: Pertamina).

Lantas, mengapa gw harus geli?
Karena Pertamina tampak terang-terangan ingin menancapkan imej bagus layaknya iklan-iklan politis akhir-akhir ini. Sebuah brand memang harus beriklan kalau ingin dikenal, tapi biasanya keberhasilan promosi juga harus didukung oleh 4P (product, place, price, promotion) yang gw yakin dipahami betul oleh orang-orang pintar di Pertamina. Tapi sayang mereka dibutakan oleh promotion saja. Apa yang punya ide iklan ini tidak menyadari bahwa bensinnya Pertamina itu sekarang jadi barang langka di daerah luar Jawa?

Banyak pemilik mobil yang harus mengalami kerugian karena mesti bayar mahal -sangat mahal- hanya untuk seliter bensin. Harga paling gila Rp 25.000/liter di penjual non resmi mau tidak mau harus dibeli karena SPBU hampir selalu kehabisan stok bensin. Udah mahal belum tentu pula bensinnya murni, acapkali dioplos...

Gw cuma berharap dana miliaran untuk iklan konyol itu bisa dialihkan untuk menyediakan bensin yang lebih banyak, bukan hanya untuk nyanyi-nyanyi dengan jingle ala lagu kuis Siapa Dia...